ANGGAPLAH AKU SEBAGAI SAHABATMU

“Afian , tolong ubahlah sikapmu kepadaku, aku tidak mau selalu kayak gini. Apa penyebab kamu berubah kepadaku” “Naifa, aku sudah bilang jangan pernah dekati aku lagi, aku tak ingin kenal kamu lagi, lebih baik kamu urusin Farza, orang yang selama ini kamu sayangi” “apa? Farza yang kamu bilang, dimana aku harus mencari kebenaran ini Af? Selama ini kamu yang selalu aku harap, yang selalu aku sanjung dan tak ingin aku hapus namamu dihatiku, tapi apa yang kau balas Af?” “balasan apa yang kamu minta Nai?cepat bilang biar masalah ini tak panjang lebar dan makasih atas semua kasih sayangmu, aku pikir selama ini kau yang terbaik, tapi apa? kau memilih laki-laki lain yang hanya mengharapkan pemberiannya” “apa maksud kamu Af? Aku jujur sama kamu meskipun aku diberi sesuatu sama seseorang aku tidak pernah membukanya, apalagi memakainya, aku juga punya hati, cinta dan persaan. Aku lebih memilih cintamu Af” “sudahlah…aku tidak ingin memndengar kata-kata kamu lagi.aku sudah muak dengan semua ini, lebih baik kamu jangan temui aku lagi” Pada jam 07:00 Wib “Naifa, bangun udah pagi, Naifa tidak mau masuk sekolah? Mama udah bikinin masakan kesukaan kamu, bangun nanti terlambat” “ya ma,naifa mau bangun” “mama tunggu di meja makan” Sudah lama aku berkeramas di kamar mandi dan berpakaian seragam dam bersiap-siap untuk berangkat sekolah dan merapikan buku. Aku mampir di ruang makan, kudapati papa dan mama menunggu, mungkin terlalu lama menunggu aku. Kududuki meja yang kosong, kumakan dengan lahap tak peduli papa dan mama melihatku. “Nai, hati-hati makannya nanti keselek” “ya ma,tapi aku buru-buru, aku takut terlambat” selesai makan aku berpamitan untuk berangkat sekolah, kucium tangan kedua orang tuaku, tapi untuk mama aku cium pipinya dan ku ucapkan salam. Setibanya di sekolah aku mendengar teman-teman sedang membicarakan aku, aku heran dengan sikap mereka. Ku langkahkan kakiku masuk kekelas dan kuambil tempat yang agak dekat dengan jendela, aku berpikir apakah mereka membicarakan hubungan aku dengan Afian. “Naifa, kenapa kamu sendirian disini, kekantin yuk… mumpung belum di bel” kata Aina “tidak, lebih baik kamu aja yang pergi atau ngajak teman-teman yang lain. “ko’ kamu kayak gitu ma aku Nai, sinis banget, aku denger-denger tentang kamu dan Farza” “sesuatu apa Ai?” “katanya kamu mau di lamar sama Farza, soalnya dia yang mengumumkannya kepada semua siswa-siswi di sini dan juga dia bilang sebentar lagi dia akan jadi tunanganmu” “apa?mau melamarku? Apa aku tidak salah dengar Ai?, aku sudah bilang aku tidak mencintainya, tapi tetap aja memaksa. Apakah Afian juga mendengarnya” “ya, ketika itu juga Afian duduk di belakang mendengarkan pengumuman Farza” Mendengar perkataan itu aku lemah, aku tidak berdaya lagi, aku yakin seorang Afian aka benar-benar marah sama aku, dia akan membeciku selamanya Ku berjalan menuju kelas tiga, di mana kelas itu kelasnya Afian. Ku lihat dari jendela teryata Afian ada di dalam, dia sedang melamun, dia sendirian, seakan-akan dia sakit. Ku hampiri dia. “Afian” panggilku “buat apa kamu kesini, tolong pergi, jangan temui aku lagi lebih baik kamu pikirkan hubunganmu dengan Farza” “tapi Af? Aku sudah bilang aku tidak mencintainya dan aku tak ingin mengharapkan dia yang ada di sampingku,aku juga tak ingin hidup dengan orang yang pernah menyakitiku” “apa kamu bilang? Tak ingin hidup dengan Farza, lalu siapa orang yang selalu di harapkan oleh kamu Nai?” dengan suara lantang. “kamu Af, hanya kamu satu-satunya orang yang aku harapkan, hanya kamu yang selalu ingat dan mengapa masalah ini yang selalu kamu ungkit kapan semua ini selesai Af? Kapan kamu percaya aku Af? Kapan ?” dengan bercucuran air mata. “kapan aku bisa percaya kamu, sedangkan sikapmu tidak pernah mengerti perasaan ku dan kapan kamu sudah menerima Farza?” “aku bersumpah tidak pernah menerima Farza” Tiba-tiba tak kusadari mulutku megneluarkan darah aku tidak sadar, ada apa denganku? Ku terjatuh lemah di lantai. Entah siapa yang akan menolongku. Tiba-tiba kau tersadar dari pingsanku dan teryata aku ada di rumah sakit, ku lihat disampingku dan teryata itu Afian. “Af, kenapa kamu masih menolongku? Dan kenapa kau tak biarkan aku terlantar di lantai agar aku tidak ada disini lagi agar kau merasakan kebahagian” “aku masih sayang sama kamu dan maafkan aku bila akhirnya aku tetap kayak gini” “kamu sudah tau penyakitku, selama ini aku menyembunyikan ini semua dari kamu agar aku bisa bersatu denganmu agar aku bisa melihatmu, tapi apa yang kau berikan” dengan suara tersedak-sedak. “ya, aku tau semua ini dari dokter, tapi mengapa kamu lakukan aku dengan cara ini, dan sepantasnya kamu sekarang ini bahagia karna hari ini adalah hari pertunanganmu dengan Farza” “sudah berapa kali aku bilang, aku tidak mencintainya dan aku tak ingin menerimanya dalam kehidupanku” “tapi dia yang terbaik untuk kamu Nai,dia yang pantas untuk kamu” “kamu yang lebih pantas untuk aku Af, kamu yang selama ini yang membuka kebahagianku yang kian lama tertutup rapat” Selama tiga hari tiga malam aku ada di rumah sakit melati, aku merasa sudah agak enakan, aku ingin hari ini cepat pulang. Aku tidak betah dirumah sakit terus aku ingin berkumpul bersama kelurgaku. Akhirnya aku diperbolehkan pulang oleh dokter, tapi aku harus menjaga kesehatan dan minum obat dengan teratur sebelum aku pulang aku mampir di pondok pesantren Al-azhar bersama ortu. Ku mendaftarkan untuk mondok di sana karena aku ingin merasakan damai, canda ria bersama teman-teman disana. Setiba di rumah . “Nai, kamu tidak kecewa mondok disana? Lebih baik mama daftarkan kamu di daul falah, karena disana lebih banyak santrinya” “ mama, aku mondok di sini saja disini jauh lebih baik dari pada di daul falah Karena bagiku kegiatannya lebih banyak” “ya mama tau, ya udah itu semua terserah kamu mau mondok di mana saja yang penting manfa’at, tapi mondoknya bisa membahagiakan papa dan mama” “ya mama. Aku akan berusaha untuk membahagiakan papa dan mama” Hari-hariku kuselimuti seperti biasanya tak kusangka pikiranku selalu ingat yang namnya Afian, bagaimana keadaan dia sekarang, kebiasaanku setiap hari setiap malam bila ada waktu kosong kumengisi dairyku, meneruskan masa laluku, ku tulis bait demi bait dengan rasa sakit dan kecewa. @@@ “ma aku berangkat dulu” “tidak sarapan dulu dok? Mama udah buati makanannya” “nanti aja ma setelah pulang sekolah” “ya, tapi hati-hati di jalan jangan sampai lupa pesan mama dan papa” “ya ma” Sebelum berangkat ku ambil buku dairyku, ku akan teruskan setelah tiba di sekolah nanti, karena tadi malam tak sempat aku teruskan. Tak seperti biasanya aku keperpustakaan, tapi sekarang ini aku mampir dulu sebelum masuk ke kelas. Setiba di perpustakaan akubertemu dengan Aina, siswi yang selama ini setia menemaniku meskipun kehidupanku di selimuti dengan berbagai penyakit dan masalah Ainalah yang membuatku tersenyum. “Naifa, lagi ngapain? Tumben pagi-pagi ke sini” “aku mau mencari buku tentang….?” “tentang kesukaan Afian, ngomong aja jangan pakai sembunyi-sembunyi, aku sudah bilang aku akan membantumu” “ya sih aku cari buku itu” “oh iya aku lupa judulnya tentang apa Nai” “tentang perempuan yang shalehah” “kita cari sama-sam biar cepat ketemu, soalnya aku juga mau cari buku, kita pencar aja” Ku buka semua buku yang ada di perpustakaan tapi tak pernah aku temukan tapi disela buku yang kosong ada seorang yang juga mencari buku tapi aku anggap itu teman-teman yang lain. Ku buka sela-sela buku itu. Tiba-tiba Afian. Ku tutp kembali sela-sela buku itu, aku sudah berjanji tak ingin melihatnya lagi,aku gemetar seakan-akan aku tidak punya kekuatan. Tapi Afian malah mendekatiku. “Nai, kenapa kamu berubah sana aku?tolong jelaskan sama aku apa salahku?” “Af, dulu kamu pernah bilang. Jangan pernah temui kamu. Tapi mengapa sekarang ini kamu kembali di tengah-tengah aku yang serba kayak gini. Apa kamu tidak puas menyakiti perasaanku” “ya aku tau. Ini salahku” “kalau kamu merasa salah. Kenapa di setiap aku mendekat kamu menjauh ketika aku menjauh kamu mendekat, apa mau kamu Af” “apakah selama ini aku menjauh dari kamu Nai?aku mengucapkan semua itu. Aku ingin menenangkan pikiranku aku yang kacau. Sebenarnya aku masih mengharapkanmu Nai” “apa…?kenapa baru sekarang kamu bilang setelah semua musnah . dan aku sudah terlanjur berjanji tak ingin kenal yang namanya cinta lagi” Kemudian aku berlari menerawang kegelapan. Entah itu siapa dan apa yang akan terjadi. “Naifa”suara Aina memanggilku “Aina………” ku peluk Aina dengan erat ingin rasanya aku tak ingin melepaskan pelukan itu karena aku ingin melihat dunia. “ada apa Naifa? Kenap kamu jadi begini?” “Aina aku ingin pergi Dari kehidupan Afian .aku sudah lelah” “apakah Afian menyakiti kamu lagi kamu Nai?” “tidak. Dia hanya mengatakan kalau dia masih mengharapkan aku” Tiba-tiba Aina melepaskan pelukanku. Aku heran kenapa Aina kayak gini. Biasanya dia menahan pelukku. Teryata Afian dia menghampiriku dan Aina. “Naifa,apa kamu masih membenciku , tolong jujursama aku. Aku sudah tau semuanya, curhatmu yang membuatku sadar” “tau dari mana kamu Af? Dan apa maksud dari pembicaraanmu kamu itu?” “ini Nai………” sambil menyerahkan dairyku yang selama ini menjadi agendaku “aku tidak sengaja menemukan di bangkumu dan aku baca” “ lalu apa mau mu sekarang ini?” “mau aku ,aku ingin kembali dengan mu Nai” “maafkan aku Af kesempatan satu kali tidak akan datang lagi” Kemudian aku ulur tanganku dan ku pegang tangannya. Ku ucapkan satu kata yang selama ini aku simpan . “anggaplah aku sebagai sahabat” inilah cinta yang selama ini terus ada dan selalu menggema di hatiku. Dengan hati keputusan ini walaupun itu terpaksa karena itu adlah takdirku yang terakhir kaliny RIWAYAT HIDUP NAMA : Rosyidah ALAMAT : Montornah, LAHIR : Sumenep 18-Agustus-1998 Menamatkan madrasah di mambaul ulum 2010. Lalu meneruskan ke Mts Al-Azhar pada tahun 2011 Penghargaan: Pernah Meraih Tauladan Imrithi Yang Diberikan Oleh Madrasah Mambaul Ulum Pada Tahun 2010.

Post a Comment

0 Comments