BUKTI KASIHKU

Abdul Aziz Ash-Shobah Kak Aziz yang baik, Ada yang terasa meremas jantungku saat engkau beranjak menjahuiku, ada sesuatu yang jatuh dan luruh saat lengkahku kian mejauh memasuki bandara. Noktah yang makin mengecil dan makin menghilang membuat jjiwaku seperti di badai petaka! Aku seperti terhempas keatas batu karang yang tajam dan terjal. Aku remuk-redam! Semuanya seperti tiba-tiba menerpa. Kak Aziz, Dalam kepergianmu terselip rasa bangga yang mekar di hatiku, karena saat itu jarang sekali pemuda di kampong kita mendapat kesempatan melanjutkan pelajaran dan kuliahnya di Al-Azhar, seperti membayang di pelupuk mataku keramaian santri di sana. Ku tau kekasihku akan kesana ketempat yang indah lagi suci, tempat yang di penuhi orang-orang yang arif terhadap Tuhannya, orang-orang yang cinta pada nabinya, orang-orang yang rindu terhadap karunia dan kasih-Nya, tempat yang mustajabah dimana kamu melanjutkan palajaranmu dan tempat yang patut di kenang selama-lamanya. Disana kau akan banyak mepelajari ilmu agama dan ilmu duniamu yang sejak dulu kamu angan-angani, dan itu adalah sebuah keajaiban dan karunia dari yang dari yang Maha Tahu. Bila ku bayangkan bahagia yang bakal tiba, hatiku gemetar sendiri. Betapa tidak, aku akan mejadi nyonya sarjana. Tetapi saat nuktah pesawatmu menghilang dari pandanganku aku tahu sebuah perjuangan panjang menhdang di depanku. Sebuah tirai pemisah akan membentang di antara kita, jarak waktu dan tempat membuat kita saling melangkah sendiri. Jantungku jadi gemeteran lagi, dalam suasana yang aneh. Detik berpindah ke jam, jam berpindah ke hari, hari perpindah ke minggu, dan minggu perpindah ke bulan, bulanpun berpindah ke tahun. Surat-suratmu penuh mesra api hidup, kau ceritakan kemajuanmu dalam studi, kau lukiskan kamajuanmu di dalam karier, di dunia tulis menulis, kau suratkan suksesmu di organisasi. Aku betul-betul bangga kekasihku mendapatkan kemajuan di dalam segala hal yang rintisnya, di dalam menghamba kepada tuhannya, didalam berusaha menjadi lelaki yang bertanggung jawab, lelaki yang arif, lelaki yang dapat mengayomi dan menjadi imam yang baik bagi keluarganya, yaitu keluarga kita berdua. Dan kau akan menjadi bapak bagi anak-anakmu kelak. Bila ku renungkan sendiri, sesungguhnya aku adalah gadis yang mujur, gadis yang bahagia yang akan menitih jalan lempang bersama kekasih pilihan hati. Kak Azizi, Sesungguhnya secara tak sadar kita telah di pertemukan oleh sang kuasa untuk saling tahu, saling ta`aruf, saling mencintai satu sama lain. Kini, tentu kau masih membayangkan saat kita bermingguran di pasir pantai, saat kita berkejar-kejaran di sepanjang tepian sungai yang lambai berpasir putih merata. Disana banyak sekali pohon-pohon kelapa yang sangat tinggi dan indah, sejuk dan menyenangkan. Disetiap libur sekolah kita selalu menyempatkan diri untuk bermain bersuka ria bersama kawan-kawan, bersama anak-anak sepermainan, bersampan atau mandi di kali saat-saat sekolah dulu. Jika di kenang semuanya, terasa ada masa-masa yang sangat indah. Itu dahulu, nostalgia yang sudah pergi seperti langkah-langkah kita yang senyap di hutan-hutan yang senyap. Jika dikenang kembali ia hanya mengharu biru. Dan saat kita beranjak remaja disitulah kita mulai di asuhkan ke pondok kita tercinta yag di rintis oleh eyangmu dan kemudian dilanjutkan oleh abahmu disitulah kita mengenyam pendidikan akidah kita, belajar mengenai nilai-nilai dan etika islam, belajar menghargai dan menerima apa yang di berikan orang lain dan sendiri, makan sendiri yang semuanya dilakukan secara mandiri. Aku masih ingat saat aku pertama kali mendapatkan gelar bintang tauladan di malam haflah itu saat itu aku di peluk erat oleh abah dan ummiku, dan disitu pula kita di gembleng untuk menghafal Al-Qur`an sampai akhirnya kita di juluki sebagai hafidz dan hafidzah. Rencana dan kenyataan memang kadang berbeda, apa yang direncanakan manusia kadang meleset dari apa yang di kehendakin Yang Kuasa. Itulah yang terjadi atas cinta kita, sebab tepat 5 tahun kepergianmu, petaka itu terjadi atas keluargaku. Kak Aziz, Ayahku terbunuh. Ku yakin kau tahu, pernah kusurati kau. Ia termasuk korban seseorang yang kalap di pasar. Di samping ayah beberapa korban jatuh termasuk seorang yang sedang hamil. Waktu itu berita tersiar luas, tetapi kehidupan keluarga kami dapat berhenti dengan barita itu. Sedangkan aku merupakan gadis tertua dari delapan bersudara. Bias kak aziz bayangkan bagaimana situasi dan kondisi kami setelah kepergian ayah, adikku semuanya perempuan yang masih berada di bangku-bangku sekolah, ibukupun menumpukan harapannya kepadaku da masih mujur kala itu aku baru saja menyelesaikan pendidikan perawatku. Sementara hutang ayah menumpuk, kala itu kami kami seakan ditimpa badai yang sangat dahsyat, usahanya tak ada yang melanjutkan. Ya itulah petaka! Itulah neraka bagi kami! Dan tidak berhenti di situ, ibukupun jatuh sakit sehingga aku dan saudari-saudariku membawa kerumah sakit Sampang. Dan pada hari kelima sesudah ibu di bawa kerumah sakit Sampang Ibu meninggal dunia. Semua itu datang bertubi-tubi menimpa keluargaku. Aku bekerja sebisaku sesuai dengan pengetahuan yang ku miliki, tetapi berapalah yang bisa ku dapat, aku kasihan dengan adik=adikku yang membutuhkan biaya untuk sekolah. Kak Aziz, Tidak bisa kubayangkan perasaanku saat itu, saat aku mendengar dan melihat surat undangan pernikahanmu dengan Inayah putrid Pak Herman, hati ii seakan di hambar petir, seakan di hujani batu yang sangat panas, hatiku remuk hidupkupun tidak menentu dan tak ada sedikitpun senyum di bibirku setelah itu. Hari-hari ku lalui dengan tetesan air mata yang terus mengalir. Di dalam hatiku tertanam bahwa kaulah lelaki yang sangat kejam, sangat munafik, sangat egois, sangat goblok dan tolol. Kau nikahi teman kita sendiri yang keberadaannya hanya membuat petaka cinta kita. Ingatlah kau apa telah di perbuatnya dulu saat kita di permalukan, di tuduh mencuri, di tuduh mengambil hak anak yatim, bahkan kita di tuduh berzina, hingga pada akhirnya kebenaran terungkap dan dia di bawa oleh orang tuanya keluar negeri untuk lebih mencintainya daripada aku? Apakah kau anggap aku sudah tidak ada harganya, yang bisa kau permainkan begitu saja? Masih ingatkah kau tentang masa kecil kita? Pada hari ketiga setelah aku mendengar berita itu akupun terbaring sakit, sakit karena memendam amarah sampai akhirnya dibawa ke rumah sakit dekat terminal Sampang. Disanalah aku dirawat oleh dokter dan adik-adikku. Dua puluh dua hari aku terbaring di kamar putih itu, dua puluh dua hari aku dilayani oleh perawat. Tiba-tiba dokter dan adikku Rina dating menghampiriku dengan desahan tangis Rina yang semakin membuatku pilu. Dokter bilang padaku bahwa aku terkena panyakit kanker, ya kanker otak stadium dua, semua itu semakin membuatku hilang kesadaran, hatiku sudah tak bias bersabar dan menerimanya. Sehari setelah itu, dua saudarikupun pergi meninggalkanku, mereka anggap aku yang selama ini selalu membawa malapetaka bagi mereka, mereka anggap aku pembawa sial bagi keluarga setelah kepergian ayah dan ibu, mereka bilang aku dalam mbak yang tidak bertanggung jawab yang selalu menguras tenaga dan harta mereka untuk menyembuhkan dan merawatku di rumah sakit sementara hutang kitapun makin menumpuk dimana-mana. Kini semuanya telah pergi meninggalkanku, kini semuanya telah lenyap dariku, serta semua apa yang ku miliki dulu, hanya Rina yang masih bersamaku dan setia menemaniku dsn dialah saudari terbaikku, dialah dewa penolongku, terima kasih Rina. Kini hanya tangis yang seakan telah amenjadi teman sejatiku.Ya Allah tebahkanlah hati ini, kuatkanlah diri ini. Dan aku betul-betul tidak menyangka bahwa kau yang telah membuat retak hidupku akan datang waktu itu. Tepat pukul 10:30 kau buka pintu di kamar no 135 lantai 2 di rumah sakit umum Sampang. Pada waktu itu aku seakan kehilangan kesadaran dan langsung berteriak minta tolong hingga kau di seret oleh satpam. Lima jam setelah kejadian itu, aku dipulangkan oleh dokter karena sudah tak sanggup untuk membayar untuk membayar perawatanku disana. Adikku Rina satu-satunya sudah banting tulang untuk membiayaiku namun pada akhirnya akupun harus kembali tanpa membawa hasil. Di tengah perjalanan aku melihat sekerumunan orang yang berada tepat di depan sepeda motor Rina. Tak lama kemudian aku dan Rina menghampiri kerumunan itu, dan alangkah terkejutnya aku dengan apa yang dilihatku. Kak Aziz yang dulu pernah aku cinta berbaring tak berdaya dengan luka yang sangat parah, darah memenuhi wajah dan tubuhmu, terlihat sekali ada banyak sobekan luka yang sangat mengerikan dan menjijikan untuk ku lihat dengan kedua mataku, betapa tragisnya kecelakaan itu. Terlihat sekali bahwa saat itu kau sudah di depan pintu ajalmu,dan aku lebih terkejut lagi saat kau memanggil-manggil namaku tanpa sadar dengan suara yang menusuk-nusuk jantungku. Aku tau, kaulah yang telah menghancurkan hidupku, menghancurkan masa depanku, mengahncurkan cita-citaku. Namun akupun membiarkan kekasihku menghirup udara terakhirnya sendiri, aku tak mampu untuk tidak menemaninmu untuk yang terakhir kalinya. Dan di saat-saat terakhir kau menghembuskan nafas terakhirmu, ku dengar desahan yang memilukan darimu “Sof…..Sov….Sov….Sesungguhnya …semua itu fitnah, dan …dan aku tak pernah menduakanmu, demi Alloh …..Asyahadu An La Ilaha Illallahu Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rosulullah ….” Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun. Selamat tingal kak Aziz. Kak Aziz, Kini saya tahu bahwa kau adalah lelaki yang sangat setia, kamu tak pernah menduakanku. Inayah tidak pernah di nikahimu karena ku telah tahu bahwa dia sudah meninggal sekitar 2 tahun silam, aku tahu semua itu dari ibunya. Kak Aziz, Kini aku menangis pilu diatas kuburanmu, menetes air mata cinta kita, menetesi kisah cinta kita. Mengapa kita harus mengalami nasib yang seperti ini! Kak Aziz, engkau memang lelaki yang tulus, yang berbudi pekerti baik, lelaki yang bijak, lelaki yang sangat aku cinta. Kak Aziz, biar waktu dan tempat telah melerai kita berdua ku ingin cinta ini kan tetap abadi, tidak lekang dengan bergesernya masa. Kak Aziz, kini dunia sudah benar-benar melerai kita, kini maut telah benar-benar memisahkan kita, namun kau harus tau aku akan selalu setia untukmu hingga Tuhan mempertemukan kita di surga-Nya, amin. Kak Aziz, Nasehat-nasehatmu kan ku jadikan penuntun hidupku, budi pekertimu kan ku jadikan teladan hidupku, langkah-langkahmu kan ku jadikan mutiara-mutiara dalam hidupku. Bait-bait Al-Fatihah yang selalu ku hadirkan untukmu, lantunan kalam, dzikir, tahlil selalu ku bawakan untukmu, lantunan Selamat tinggal kekasihku, selamat tinggal calon suamiku, selamat tinggal kak Aziz, selamat tinggal. Kembalilah kepada tuhanmu dengan ridha dan ridhai. Kak Aziz, Selamat tinggal…… Selamat jalan ….. Nama : Abdul Aziz Ash-Shobah Alamat : Jl. Pemuda Baru Gang I no. 17 – Sampang Lomba yang diikuti : Cerpen No. Hp : 087 849 790 050 087 750 882 428 Nama Pondok : Pon. Pes. Darul Faizin Nama Asrama : Asrama Darul Faizin Alamat Pondok : Jl. Pemuda Baru Gang I No. 17 – Sampang RIWAYAT HIDUP Abdul Aziz Ash-Shobah lahir di desa Jungkarang Kec. Jrengik, Kab. Sampang, pada tanggal 17 Oktober 1996. Pendidikan SD di laluinya di desa Jungkarang. Selanjutnya ia berpindah ke jalan Mutia, Kec. Sampang, Kab. Sampang untuk sekolah MTs. Sedang setahun pendidikannya disana lalu ia di mondokkan ke Pon Pes arul Faizin hingga sekarang.

Post a Comment

0 Comments