TANGISANKU DI UJUNG SENJA

Mentari tenggelam meninggalkan jejak sang mega merah, perlahan mulai menghilang mengikuti arah waktu yang terus berputar, suara adzan Maghrib terlantun indah di ujung senja, aku duduk di teras depan rumahku menatap wajah langit yang dihiasi kerlipan bintang yang bersinar tanpa aku sadari air mataku menetes dan mengalir begitu saja di pipiku, ada satu rasa yang begitu mengganjal di kalbu rasa gelisah selalu menyelimuti jiwa ini sekarang aku sadar, aku bukan lagi gadis berumur 5 tahun yang masih di manja tapi umurku kini 17 tahun, aku ingin memaknai hakikat hidup yang sesungguhnya mungkin dengan cara ini orang tuaku memasukkanku ke dunia pesantren, aku dapat mengerti dan mengetahui apa hidup yang sebenarnya. Saat malam menjelang aku dan teman-teman duduk di depan kamar, seperti biasa kami bercanda bersuka ria tiba-tiba aku dengar seseorang menyebut namaku dan aku menoleh “ada apa Sya? Tanyaku pada Marsya” “Laila tadi kamu di tanyain Ustadz Fahril” “apaan sih Sya?” “benar Laila, aku gak bohong sama kamu” “udah deh aku kesana dulu” Aku lalu meninggalkan Marsya dan kembali ke Dina dan Tika, namanya juga gosip pasti jadi meluas dan heboh, aku gak percaya dan bertanya-tanya kenapa aku bisa di gosipin sama Ustadz Fahril TU Aliyah di sekolah, dia lulusan barusan dan orangnya sih bisa di bilang hitam manis dan alim, selain dia santri kesayangan Bapak Kyai, dia juga jadi idaman para santri yang lain seperti Lisya yang bisa gila bila melihat Ustadz Fahril lagi tersenyum, soalnya kata teman-teman kalau Ustadz Fahril tersenyum bikin hati tenang............... Jam menunjukkan pukul 23.30 WIB mata sudah tak dapat ku tahan lagi, aku beranjak dari teman-teman yang masih asyik bercerita karena aku udah ngantuk. Ke esokan harinya, pagi begitu cerah, pagi-pagi sekali aku pergi ke sekolah karena hari ini aku piket, tak sengaja aku melihat Ustadz Fahril dan dia menyapa. “Laila kamu ngapain di sini?” “tidak Ustadz, saya piket” “oh......boleh saya minta tolong” “apa Ustadz” “tolong panggilkan Ustadzah Bella” “ya Ustadz tunggu sebentar” Aku lalu pergi dari depan Ustadz Fahril ada sederet pertanyaan di al-babku ada hubungan apa antara Ustadz Fahril dengan Ustadzah Bella, setahuku Ustadzah Bella menyukai Ustadz Fahril, ah........kenapa aku jadi memikirkan mereka, itu kan bukan urusanku. “Assalamu’alaikum........... Ustadzah” “Walaikum Salam Laila ada apa?” “Ustadzah di panggil Ustadz Fahril” “oh........makasih ya” Aku lalu pergi dari kamar Ustadzah Bella aku bersiap-siap pergi ke sekolah, saat disekolah entah kenapa aku terus memikirkan Ustadz Fahril, ada satu perasaan yang aku sendiri tak mengerti apa artinya, setiap aku bertatap dengannya ada yang lain dihatiku, mungkinkah aku menyukainya??? Tapi mustahil perbedaan aku dengan Ustadzah Bella begitu jauh lagi pula bisa di bilang aku ini murid Ustadz Fahril. Ya Allah........mengapa harus aku yang mempunyai rasa padanya? Padahal aku berada di dalam naungan sebuah pesantren, haramkah aku bila tetap memendam perasaan ini. “hei Laila kamu kenapa?” “nggak papa Sya.....” “oh ya ini ada titipan surat” “surat...........!!! (aku bingung) dari siapa?” “baca aja, nanti kamu juga tau” Masrya lalu pergi, perlahan aku membuka amplop itu dan membuka sehelai kertas yang terlipat rapi tulisannya begitu indah, aku membacanya dengan sesimak mungkin. Teruntuk : Usyfi Nur Laila Di Penjara Suci Sana Assalamu’alaikum Wr. Wb. Atas izin Allah...........aku beranikan diri untuk mengirim selembar kertas yang mungkin menurutmu tak berharga dan aku akan sabar dan tegar bila jawaban kamu nanti tidak aku harapkan. Aku selama ini ingin sekali merasakan apa itu “Cinta” setelah aku temui sosok hawa yang mampu membuatku luluh. Aku takut dia menolakku, matanya bagaikan sang bidadari yang selalu hadir dalam tidurku, paras wajahnya yang begitu anggun membuatku sangat merasa ingin memilikinya. Wahai sosok hawa yang mulia............. Sebenarnya aku malu telah lancang menorehkan tinta hitam ini pada selembar kertas yang hina ini padamu, karena aku tahu tak mungkin seorang hawa sepertimu bisa aku dapatkan. Namun demi sebuah cinta dan kejujuran aku beranikan diri meskipun akhirnya ke kersa batu karang yang akan aku dapatkan, aku hanya ingin tahu satu hal yakni tentang perasaanku selama ini terhadapmu........ Wassalamu’alaikum Wr. Wb. “Kanza Fahril Firdaus” Nadiku seraya berhenti berdenyut, setelah membaca surat itu yang ternyata dari ustadz Fahril, aq setengah tak percaya pada semuanya ini, orang yang selama ini Q harapkan di depan mataku mengungkapkan perasaannya padaku lewat seutas kertas putih ini. Tiba-tiba Marsya menghampiriku. “Gimana Laila? kamu menerima kak Fahril” “Entahlah Sya aku tidak tahu harus menjawab apa” “Laila aku tahu bahwa selama ini kamu menyukai kak Fahril. Ini kesempatan kamu, ingat kesempatan ini tidak akan terulang tuk yang kedua kalinya. Mendengar kata-kata Marsya barusan aku terkesima, memang benar dia laki-laki yang selama ini aku harapkan untuk dijadikan imam dikeluargaku kelak. Akhirnya kuambil secercik kertas lalu kumulai mengoreti kertas itu dengan apa yang ada di dalam hatiku sekarang. Untuk Ust. Kanza Fahril Firdaus Di seberang sana Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan penuh kebahagiaan dan kedamaian dalam jiwa. Kuterima oretan pena dari hatimu serta atas izin Allah Swt. Pula derik masih bisa membalas suratmu. Wahai adam ciptaan Tuhan ..................... Sungguh kumerasa tersanjung dengan kata-katamu, aku bagaikan bermimpi di dalam tidurku. Namun ternyata ini nyata untukku. Adam ciptaan Tuhan ..................... Sejujurnya aku juga mempunyai perasaan yang sama terhadap dirimu namun aku takut karena disini juga banyak yang mengharapkan dirimu. Adam ciptaan Tuhan ..................... Bila nanti kuterima dirimu .............. Aku mohon jangan sakitin hatiku karena hatiku ku buka untuk diriimu .... Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Usyfi Nur Laila .. Aku lipat sebaik mungkin kertas ini lalu ku titipkan pada Marsya adik sepupu Ust. Fahril, subhanallah ini bagaikan mimpi untukku tak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa sosok adam yang selama ini ku harapkan kini telah aku miliki. # # # Satu bulan telah berlalu bersamaan dengan hari yang terus silih berganti, aku buka mataku ketika fajar terbit dari ufuk timur, suara adzan subuh terlantun begitu merdu ditelingaku, aku hafal suara itu, suara yang membuatku semangat menjalani hari-hari yang ku jalani di Pesantren ini. Tak sedikit yang mulai tahu tentang hubungan yang ku jalani dengan Ustadz Fahril itu membuatku takut hubunganku dengan Ustadz Fahril sampai ketahuan oleh Ibu Nyai, saat di sekolah Marsya menghampiriku. “hei..... Laila ko’ melamun” “eh.....Sya nggak ko’” “pasti mikirin kak Fahril ya” “cie.....cie.....yang lagi kasmaran nih, sambung Tika” “apaan sih.......(ujarku malu) Tiba-tiba kau setengah kaget saat Ustadz Fahril tiba-tiba masuk kelas untuk menggantikan Pak Andre yang tidak masuk hari ini, aku jadi grougi dan malu, ingin sekali ku pandang sosok Adam yang berada di depanku sekarang namun aku tahu ini tempat umum dan harus bisa aku jaga nafsu dan pulang sekolah, aku merebahkan tubuhku dikamar, aku begitu lelah tiba-tiba saja aku ketiduran hingga aku lupa tidak shalat dzuhur, saat adzan ashar aku bangun aku langsung mengambil air wudhu’ lalu pergi ke mushalla untuk berjama’ah, turun dari mushalla seperti biasa ajian kitab dan kebetulan hari ini Bapak Kyai yang akan mengkaji aku tidak tahu apakah ini sengaja atau tidak Bapak Kyai menjelaskan tentang pacaran di pesantren dan yang membuat hatiku terasa ganjal saat aku ingat ucapan Bapak Kyai di pesantren ini besar barokahnya juga besar akibatnya (yang melanggar) aku sempat berfikiran tentang hubunganku dengan Ustadz Fahril, tapi semua terlanjur terjadi akupun sangat mencintai Ustadz Fahril ya Allah maafkan aku jika aku telah melanggar laranganmu tapi aku begitu mencintainya. # # # Menjelang malam aku beranikan diri untuk menghubungi Ustadz Fahril karena sekarang Marsya dikirim, aku pinjam Hp Marsya akhirnya tersambung dan diangkat. “Assalamu’alaikum” suaranya diseberang sana begitu membuat hatiku tenang dan damai “Waalaikum Salam.......” “Marsya ada apa?” “maaf kak saya bukan Marsya, saya Laila” “Laila...........ada apa” “Laila cuma pengen tahu keadaan kakak di seberang sana” “Alhamdulillah keadaan saya baik-baik saja dan bagaimana keadaanmu Laila?” “Alhamdulillah Allah masih memberi kesehatan lahir batin pada Laila” Suara menjadi hening sebentar........ “Kak sudah dulu, Laila hanya ingin mendengar suara kakak, Assalamu’alaikum “Waalamu’alaikum Wr. Wb. “ Tut.......tut..........tut ............. akhirnya sambunganpun putus meskipun hanya sebentar tapi aku bahagia bisa berbicara dengan Ustadz Fahril. Malam ini bintang begitu bersinar ingin berhembus penuh, kealaman dikehidupan ku di pesantren ini, aku menghampiri Marsya yang sejak tadi kulihat melamun sendiri di musholla. “Sya kamu kenapa?” “Aq ga’ papa Laila, oh ya gimana hubungan kamu dengan kak Fahril?” “Entahlah Sya, aku takut akhirnya apa yang aku harapkan selama ini tak dapat ku dapatkan. “maksud kamu ?” “Sya kamu tau sendiri kan disini banyak yang menyukai Ustadz Fahril termasuk Ustadzeh Bella, dia cantik, pintar. Sedangkan aku .............. apa yang aku punya?” “Laila denger kak Fahril takpernah memandangmu seperti itu dan kak Fahril begitu tulus mencintaimu” “entahlah aku ragu dengan semua itu”. Aku berlalu meninggalkan Marsya, entah kenapa aku mulai ragu dengan perasaanku. Jika aku ingat ucapan Bpk Kyai Wasetu itu, tapi bagaimana lagi aku tak rela tuk melepaskannya dia begitu ku cintai, andai Islam tidak mengharamkan untuk pacaran pasti aku akan tenang, lagi pula aku sadar aku berada di sebuah naungan Pondok Pesantren. Oh der, aku bingung memikirkan hal inilebih baik aku ambil wudlu’ lalu tidur. Esokan paginya aku tak lagi terburu-buru berangkat sekolah karena takut telat, karena hari ini libur semester aku gak kecewa dengan pringkat yang ku dapatkan. Biasanya aku yang biasa peringkat satu atau dua kini turun ke tiga, temen-temen banyak yang bilang kenapa aku jadi begitu? Mengapa prestasiku jadi turun dan ada yang bilang aku begitu keren. Aku mulai mengerti “cinta” tapi aku tak pernah menyalahkan siapa-siapa, mungkin ini adalah takdirku karena tak selamanya kehidupan itu diatas “pikirku dalam hati” “Laila..............laila.............laila.........” panggil Tika “ada apa tik?” “ikut aku” “kemana?” “Tika berbisik” ada telfon dari ust. Fahril” Tanpa berkata apa-apa lagi aku langsung mengikuti langkah Tika. Tika memberikan Hpnya kepadaku. “Assalamu’alaikum Laila ..........” “Waalaikum salam Wr. Wb. Ada apa kak” “Laila kakak hanya rindu suara kamu” “kak Laila ingin bertanya pada kakak” “tanya apa? Laila........................” “kak laila takut kakak hanya ingin mempermainkan hati Laila saja” “Laila dengerin kakak, kakak mencintai Laila karena Allah, karena Allah pula kakak berani mengungkapkan perasaan kakak pada Laila”. Memangnya kenapa Laila bertanya seperti itu. “tidak kak, Laila hanya ingin tahu kejujuran kakak” “sekarang kakak yang ingin bertanya, apakah Laila benar-benar mencintai kakak?” “Laila bener-bener mencintai kakak. Udah dulu kak Laila mau sholat dulu” “jaga kesehatanmu laila” “Assalamu’alaikum.............” “Waalaikum salam ...............” Akhirnya pembicaraanku dengan ust. Fahril terputus. Aku lalu pergi dari kamar Tika, aku sekarang lega mendengar jawaban ust. Fahril yang benar-benar mencintaiku, saat aku sampai dikamar, disana ada ustd. Bella dia menatapku sinis mungkin dia tahu tentang hubunganku dengan ust. Faruq lalu dia pergi dari kamarku aku jadi takut melihatnya. # # # Musim berganti menjadi musim, suasana Pondok menjadi becek aku jadi males yang mau kemana-mana. Kadang atap kamar bocor ya kalau hujan lebat anak-anak mengungsi di musholla. Pagi ini gerimis menyapa dunia, sebelum tambah derasaku buru-buru berangkat ke sekolah. Ini yang bikin aku ga’ betah di Pondok jika hujan gini. Padahal aku berada dipesantren udah 2 tahun. Tibanya disekolah aku lupa mengerjakan PR Kimia ku, aku mencari Tika, Dina dan Marsya tapi mereka belum datang aku bingung tiba-tiba ust. Fahril berada di hadapanku. Aku seperti patung yang tak bisa bergerak saat melihat ust. Fahril dia menyapaku. “kenapa kamu Laila?” “tidak ustad” Aku dan dia telah sepakat kalau kita bertemu, kita berdua sama-sama beranggapan tidak ada hubungan apa-apa. “kamu lagi kebingungan ngerjain PR” Aku hanya mnegangguk “mana bukunya biar saya yang kerjakan” Tanpa aku mengizinkan ust. Fahril langsung mengambil buku Pr ku lalu pergi. Kring................. bel masuk berbunyi. Tiba-tiba Masya menghampiriku. “Laila ini dari kak Fahril” “makasih ya Sya.................. Ternyata ust. Fahril bener-bener mengerjakan Pr Fisika ku, saat jam istirahat berbunyi, aku terkejut saat aku menerima sebuah bingkisan agak besar. “Din ini dari siapa?” “Dina berbisik (itu dari kak Fahril sekarang kan ulang tahun kamu)” “oh ya, aku lupa kalau sekarang ulang tahunku. Aku membuka bingkisan itu dan ternyata isinya kalung yang bernama “Faila”dan sebuah AL-Qur’an, subhanallah aku begitu takjub, tapi kemudian Tika memanggilku katanya aku dipanggil ibu Nyai, sebelumnya aku tidak percaya karena aku berfikiran mungkin Tika hanya ingin menjebakku karena hari ini ulang tahunku tapi ternyata tidak. Ibu Nyai beneran memanggilku, aku takut berjalan menghadap ibu Nyai. “assalamu’alaikum ...............ujarku” “Laila!! Sebenarnya ada hubungan apa kamu dengan ust. Fahril aku terdiam.. mungkin semuanya terbongkar. “Laila Jawab !!! “saya.......saya.............. (belum selesai aku bicara ibu Nyai memotongnya)” “kamu pacaran sama dia!! Aku hanya mengangguk tiba-tiba saja ibu Nyai menggampatku. “Laila ............... kamu sadar! Kamu itu berada dimana ?? kamu itu berada di pesantren Laila tak sadar apa yang kamu lakukan itu hal yang paling dilaknat Allah Laila. Aku hanya diam karena semua itu memang betul aku memang salah. Tak segan-segan ibu Nyai memukulku dengan sapu lidi hingga terakhir ibu Nyai menamparku kembali. Tanpa aku tau juga ust. Fahril ada disitu. “Fahril kamu tidak sadar jika Laila itu murid kamu..... dan kamu Laila dia itu guru kamu ................. aku tertunduk, ibu Nyai bener-bener marah besar kepadaku. “Fahril jika kamu benar-benar serius siapkah kamu melamar Laila?” “saya siap..............!!!” Mendengar jawaban kak Faruq ku tak menyangka, lalu ibu Nyai meninggalkan kami dan Marsya membawaku ke kamar. Seluruh tubuhku memar......... semua sakit-sakit dan aku merasa pusing, terakhir yang aku lihat semuanya seperti dan brukk.............!! Saat aku buka kedua mataku, rasa pusing itu masih kurasakan. “Laila kamu sudah sadar?” “Aku ada dimana Sya?” “kamu ada dirumah sakit. Tadi ibu Nyai nyuruh kita bawa kamu kerumah sakit.” Tanpa ku sadari ternyata kedua orang tuaku berada di sampingku “Ibu Ayah maafin Laila” “Lila ............ sudah jangan bangun keadaanmu masih belum stabil” “Lila ayah menyesal memasukkan kamu ke Pesantren jika kamu hanya buat malu ayah. “Maafin laila ayah Tanpa aku duga sebelumnya ayah menamparku Jika tamparan ini bikin ayah bisa memaafkan Laila, tampar lagi Laila yah! Tampar. Tapi, ayah malah pergi ruangan dimana aku dirawat. Berapa hari kemudian keadaanku mulai membaik dan hari ini kak Fahril menjengukku “Assalamu’alaikum Laila” “Waalaikum salam kak.....” Aku melihat ada yang aneh dari tatapan kak Fahril padaku, matanya berkaca-kaca lalau kak Fahril memberiku sebuah undangan. “ini undangan apa kak ?” Namun kak Fahril tak menjawab, aku membuka dan membaca undangan itu. Astaghfirullah!!! Aku seperti tersambar petir membaca nama “Kanza Fahril Firdaus” dengan “Bella Ramdhana” yang ternyata akan segera melaksanakan pertunangan Sabtu datang “Laila ..............maafin kakak” “pergi dari sini............. pergi .............!” Aku mengusir kak Fahril, aku sungguh tak dapat menerima semua ini, pengorbanan, cintaku selama ini ia buahi dengan penghianatan seperti ini, aku benar-benar sakit hati, tiba-tiba Marsya menghampiriku. “ada apa kamu kesini” “aku Cuma mau nagsih surat ini buat kamu Laila” Selesai memberikan surat itu Marsya lalu pergi....... dan aku mulai membaca surat itu Untuk yang ku sakiti Usyfi Nur Laila Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sebelumnya aku minta maaf padamu, karena mungkin selama ini aku hanya bisa menyakiti kamu................ Laila ................ terima kasih karena selama kamu masuk di dalam hidupku kamu udah mewarnai hari-hariku. Laila ................ sungguh tak pernah terlintas sedikitpun di hatiku kita akan berpisah seperti ini dan bukan maksudku untuk mengkhianati kamu. Laila ................ aq lakuin ini semua karena terpaksa bukanlah keinginanku mungkin inilah yang terbaik buat kita bersama. Laila ................ maafkan aku jika aku tak pernah bisa membahagiakan dirimu, mungkin satu hari nanti kau kan temukan adam yang lebih pantas bersamamu dan lebih bisa membahagiakan dirimu Laila ................ perlu kau tahu kaulah gadis yang akan selalu ku antar dan lupakanlah aku .... Laila ................ makasih atas kebersamaan yang pernah kita jalani bersamaku begitu bahagia pernah mengenal sosok Laila dalam hidupku dan aku tak akan melupakan nama Laila yang telah membuat hidupku terasa indah Wassalamu’alaikum Wr. Wb Maafkan aku Kanza Fahri Yang akan selalu mencintaimu Aku robek surat itu karna buat aku surat ini sudah tidak berharga lagi. Ternyata apa yang kubayangkan sebelumnya akhirnya terjadi padaku, Tuhan............. mungkinkah ini hukuman buatku? Karena aku pernah melanggar laranganmu, aku sadar aku mnenjalani hubungan ditempat yang seharusnya tidak aku kotorkan dengan cara aku menjalani hubungan seperti ini, memang benar kalo’ bapak kyai pesantren ini besar barokahnya juga besar akibatnya. Sudah tak ada yang dapat kulakukan lagi perasaan ku hancur berkeping-keping. Asa telah menghampiriku hidupku, semua cinta yang kujalani dengannya kan berbuah menjadi air mata dan luka hati kini tinggallah sebuah kenangan yang mungkin tak pernah bisa kulupakan. Karena dia laki-laki yang teramat ku cintai, ya Allah............ mengapa aku harus mengenal cinta? Jika ternyata cinta hanya buatku menjadi gila seperti ini. Hari ini aku diperbolehkan pulang oleh dokter ibu Nyai memberiku izin istirahat dirumah selama satu minggu. Tibanya dirumah tak ada yang dapat ku lakukan lagi, ku raih Hp yang tergeletak di sofa lalu ku menghubungi ust. Fahril “Assalamu’alaikum...........” “Waalaikum salam ............” “Laila, Masih sudikah kamu menghubungiku saya, aku terdiam aku tak dapat membendung air mataku lagi” “Laila kamu menangis?” “tidak kak.............” “Maafkan saya Laila, ini semua diluar keinginan saya” “Laila mengerti maka dari itu Laila ucapkan semoga ust. Bahagia bersamanya” “Laila !!!!........” Aku merasa kak Fahril juga menangis “kak ............ jangan menangis. Mungkin ini yang terbaik kita bersama. Allah tidak memperkenankan kita unutk bersama.” “Laila maafkan saya, karena saya tidak pernah membahagiakan kamu” “kak besok Laila akan berangkat ke Banyuwangi Laila akan pindah kesana” “Laila jaga dirimu baik-baik” “Assalamu’alaikum ................ka’” “Waalaikum salam Laila” Aku mengakhiri pembicaraanku dengan kak Fahril batinku menangis, hatiku terluka. Besok aku akan pergi di pesantren yang telah dua tahun aku tempati, gara-gara kesalahan ku sendiri hidupku hancur. Sore menyapa bumi dengan sang senja diujung sana, namun mengapa air mata ini masih belum berhenti menetes padalah senja telah berada diujung sana, aku menangis dibawah senja berharap senja itu dapat mengobati luka hatiku. Ayah.......................ibu maafin Laila, Laila telah mencoreng nama baik ayah dan ibu juga keluarga, kak Faruq semoga bahagia disini Laila selalu mendo’akan kebahagiaan kakak............. dan juga akan terus berjalan mencari hakikat hidup yang selama ini ku cari ...... Aku berjalan menyelusuri sebutir harapanku yang telah sirna terhempas takdir. Dadaku sesak sulit ku bernafas. Aku hanya terbaring di kasur kamarku entah mengapa aku mempunyai firasat bahwa sebentar lagi tuhan akan memanggilku, aku rindu kak Fahril aku sangat merindukannya. Sebelum itu aku sempat menulis sepucuk surat terakhirku untuk kak Fahril . Teruntuk : Kanza Fahril Firdaus Yang pernah hadir di hidupku Assalamu’alaikum .................... Wr. Wb. Kini semua kebahagiaan yang dulu kumiliki lenyaplah sudah. Tak ada lagi senyuman yang biasa aku lihat setiap harinya, ternyata kebahagiaan itu hanya titipan dari sang ilahi. Kak............. kini Laila akan pergi selamanya dari hidup kakak. Maafkan semua kesalahan Laila kak! Laila hanya berharap suatu saat nanti Laila bisa melihat senyum kakak lagi, senyuman yang dapat membuat hati Laila tenangdan tentram. Kak jaga diri kaka baik-baik bersaya dia..............dan satu pesan Laila jangan pernah lupakan Laila, anggaplah Laila adik kakak walaupun kini Laila telah menghadap sang kholik, selamat tinggal kak Faruq, disini Laila akan merindukanmu Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Yang merindukanmu Ursyfi Nur Laila Aku lalu melipat kertas itu ke dalam amplop lalu ku tulis untuk “Kanza Fahril Firdaus” setelah itu apa yang terjadi semua terasa lenyap dan inilah akhir hidupku mataku tertutup untuk selamanya ...................... Maafkan semua kesalahan Laila, dan izinkan Laila tetap mencintai dia walaupun alam Laila dengannya berbeda dan mungkin saat dia baca surat terakhir Laila, Laila sudah kembali ke pengkuanmu robby...................... Terimakasih tuhan kau sempat pertemukanku dengannya hingga akhirnya pertemuanku berubah jadi luka yang amat dalam untukku..................... Isi hatiku 18 Maret 2008

Post a Comment

0 Comments